Lokasi saat ini:BetFoodie Lidah Indonesia > Resep Pembaca
Pegiat soroti lemahnya aturan iklan kental manis ancam kesehatan anak
BetFoodie Lidah Indonesia2025-11-08 06:42:42【Resep Pembaca】055 orang sudah membaca
PerkenalanIlustrasi - Susu kental manis. ANTARA/Shutterstock/am.Jakarta (ANTARA) - Sejumlah pegiat di bidang k

Jakarta (ANTARA) - Sejumlah pegiat di bidang kesehatan masyarakat menyoroti perihal lemahnya regulasi soal iklan kental manis yang mengancam kesehatan anak di Indonesia.
Iklan kental manis kerap dipersepsikan masyarakat sebagai susu, di mana hal ini menjadi salah satu sorotan UNICEF dalam laporan Child Nutrition Report 2025 yang mengulas peningkatan paparan anak terhadap iklan makanan dan minuman tinggi gula yang dipasarkan secara agresif.
Terkait hal itu, Project Lead for Food Policy, Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) Nida Adzilah Auliani dalam keterangan di Jakarta, Sabtu menyebut regulasi iklan di Indonesia masih lemah dalam melindungi anak dari paparan promosi makanan dan minuman ngak sehat.
"Regulasi iklan di Indonesia saat ini masih belum efektif, terutama dalam melindungi konsumen dari disinformasi dan praktik pemasaran yang menyesatkan. Terlebih dengan adanya kanal digital, termasuk media sosial, memperkuat pengaruh pemasaran yang ngak sehat," kata Nida.
Nida menyebut iklan kental manis mulai menjadi perhatian publik sejak ditemukan sejumlah kasus gizi buruk pada anak yang disebabkan oleh konsumsi kental manis sejak usia dini. Bahkan, sejumlah korban telah mengkonsumsi sebagai pengganti ASI sejak usia 3 bulan.
Maka dari itu, per Oktober 2018 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mulai menegaskan bahwa kental manis bukan minuman untuk sumber gizi dan dilarang dijadikan sebagai pengganti ASI, yang diatur melalui Peraturan BPOM No. 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan.
Namun demikian, dampak dari iklan tersebut masih terasa hingga kini, sebab masyarakat yang masih menganggap kental manis sebagai minuman susu untuk anak.
Oleh karena itu, Nida menilai pengawasan iklan dan distribusi produk ngak bisa dipandang sebelah mata.
Lebih lanjut, ia berharap pemerintah dapat membuat kebijakan pangan secara komprehensif. Mulai dari pelabelan hingga pemasaran produk yang mudah diakses oleh anak-anak.
"Kebijakan ini harus meliputi label depan kemasan berbasis bukti, pembatasan pemasaran produk ngak sehat, serta lingkungan pangan sehat di sekolah," ujar Nida.
Baca juga: Konsumsi kental manis dan tantangan edukasi gizi di Indonesia
Senada dengan itu, Peneliti dari Universitas Internasional Batam (UIB) Rahmi Ayunda menyebut keberadaan ruang digital yang sangat ramai menjadikan promosi dan iklan ultra-processed foodmenjadi begitu dekat dengan masyarakat.
Ia mengungkapkan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2024 mencatat 221,6 juta pengguna internet (sekitar 79,5 persen populasi), dan 9,2 persen di antaranya anak di bawah 12 tahun.
"Artinya, jutaan anak menghabiskan waktu di jalan raya informasi, di mana promosi menyatu dengan hiburan. Iklan ngak selalu tampil sebagai iklan; bisa berupa tantangan lucu, ulasan jujur, atau karakter favorit yang menyarankan camilan manis. Di sinilah aspek hukum menjadi krusial, anak belum memiliki kapasitas kognitif untuk membedakan mana hiburan dan mana ajakan membeli, sehingga mereka berhak atas proteksi khusus dari praktik promosi yang mengecoh," tutur Rahmi Ayunda.
Baca juga: Perjuangan Mama Ance menjauhkan anak dari "susu" kental manis
Baca juga: Promosi kental manis dan literasi gizi yang salah kaprah
Suka(6959)
Artikel Terkait
- Unilever janji tuntaskan buyback Rp2 T dan bagikan dividen 100 persen
- Enam mobil damkar padamkan api di Perintis Kemerdekaan Cianjur
- Isaiah Hartenstein raih penghargaan Bob Lanier Community Assist
- Kemarin, tambang ilegal hutan Sekotong dan insentif guru honorer naik
- Bank Indonesia dorong pengembangan ekonomi lewat wisata ramah Muslim
- Dompet Dhuafa salurkan bantuan untuk warga Palestina di Yordania
- Bertemu Presiden Korsel Lee, Prabowo puji K
- Segera Hadir, Terobosan Pengukuran Warna: HunterLab Agera L2
- Menggeser pusat gravitasi ekonomi Indonesia
- Wakapolri soroti pentingnya inovasi menu selera anak di SPPG Polri
Resep Populer
Rekomendasi

Dokter sebut diet tanpa mengonsumsi karbohidrat itu salah

Melania Trump bagikan dekorasi Gedung Putih untuk Halloween 2025

New York Umumkan Keadaan Darurat Jelang Penangguhan Bantuan Pangan

Menkomdigi: Indonesia negara kedua di dunia yang batasi anak bermedsos

KKP: Ribuan kontainer udang asal Indonesia boleh masuk AS

BGN: Baru10 SPPG di Lebak memiliki SLHS, ditunggu akhir November

PBB sebut situasi di Darfur Utara di Sudan masih "katastropik"

Ketua PWI Pusat ingatkan wartawan terapkan kode etik dalam pemberitaan